Dari Minyak Ikan hingga Konveksi Lombok Timur Kini Mulai Dilirik

MATARAM,KabaroposisiNTB.Com--Pekerja dan pelaku usaha lokal di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat memiliki sejumlah produk usaha yang kini diminati di pasar nasional. Produk usaha tersebut mulai dari kerajinan dompet, kemudian minyak ikan, kerajinan gerabah, kerupuk kulit ikan, poteng ambon, terasi bahkan minyak jeleng dari kelapa. Adalah Masroni pemilik dari UD Sarimaya asal Kabupaten. Lombok Timur, menceritakan produk favorifnya adalah mengolah hati ikan menjadi minyak ikan. Membuat kerajinan kulit ikan dan keripik kulit ikan.

UD Sarimaya yang usahanya dirintis sejak 1996, diceritakan Masroni kepada Kadis Nakertrans Provinsi NTB I Gede Putu Aryadi, S.Sos, MH saat dialog, usai membuka Pelatihan Peningkatan Produktivitas di Kantor Disnakertrans Lombok beberapa waktu lalu, Ia juga menjelaskan menjual makanan beku dari olahan ikan dan konveksi.

“Ikan diambil dari 3.000 meter permukaan laut, hati ikan dijemur selama 2 hari agar mencair menjadi minyak. Kemudian disaring lalu diproses menjadi kapsul," jelas Masroni, usai kegiatan Pelatihan Peningkatan Produktivitas di Kantor Disnakertrans Lombok Timur.

Masroni menyampaikan omzet usahanya mencapai Rp 100 juta/tahun untuk semua produk. Selain diolah menjadi kapsul, permintaan minyak curah juga ada peminatnya. Kerajinan kulit dan minyak ikan tersebut dipasarkan sampai ke luar NTB, salah satunya Jakarta. 

Harga minyak curah ikan dibandrol Rp 600 ribu - Rp 1 juta/1 liter dan harga kapsul ikan berkisar Rp. 50 ribu/50 buah. Jika Masroni prioritas dengan minyak dan keripik ikannya, berbeda dengan ibu Aini. Pemilik UD Cahaya yang berdiri sejak 40 tahun lalu, karena usaha ini turun menurun dari keluarga.  Produk yang dihasilkan, minyak jelengan dan poteng ambon. Minyak jelengan bisa langsung dipakai menggoreng atau untuk membuat sambal. 

“Salah satu rumah makan di Lotim sudah menggunakan minyak jelengan tersebut,” ungkap Aini. 

Minyak jelengan di produksi sampai 150 botol per minggu dengan omzet mencapai Rp2 – 3 juta/bulan, sedangkan poteng ambon menghabiskan 2 kwintal ubi sehari, namun selama pandemi, minyak jelengan sepi orderan. 

"Kalau omzet untuk poteng bisa mencapai Rp.5 juta karena ada beberapa kemasan yang bisa dijangkau baik dari kalangan bawah, menengah sampai ke atas," jelas Aini.

Aini menjelaskan poteng ambon sendiri memiliki tiga varian packaging. Yaitu packaging daun dikisarkan dengan harga (Rp. 5.000), packaging 500 gram dan packaging 1 kg (1.000 gram), tergantung keinginan pembeli. 

“Untuk yang packaging daun biasanya dijual di pasar tradisional, kalau yang packaging kotak dan besek itu baru awal tahun 2021 dipasarkan di Dekranasda Kabupaten Lombok timur dan SB (Sinar Bahagia) di Lotim,” jelas pemilik UD Cahaya. 

Sementara itu, Yanti selaku pemilik dari Yatni Artshop menjelaskan omzet tergantung dari wisatawan luar negeri. Karena wisatawan mamcanegara bisa memesan sampai Rp 100 juta dalam 1 kali order. 

“Semenjak covid, pembeli hanya dari Bali saja. Orderannya hanya mencapai Rp 15- 17 juta dalam 1 tahun," kata Yanti. 

Produk yang dijual yaitu cangkir, mangkok sayur, mangkok sambal, tatakan untuk aroma terapi/dupa dan lain-lain. Bahan utamanya sendiri dari tanah liat. Untuk kerajinan tangan sendiri bisa request sesuai keinginan pembeli. Proses pembuatan memakan waktu sampai 5 bulan. 

"Untuk kerajinan gelas dijual dengan harga Rp. 50.000 - 70.000. Kalau 1 set gelas harganya Rp. 500.000," ujar Yanti.(KO.O2)

No comments

Powered by Blogger.