Tekan Pengangguran, Pendidikan & Pelatihan Vokasi harus sesuai kebutuhan Industri

Keterangan foto: Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB, I Gede Putu Aryadi S.Sos.

Mataram,KabaroposisiNTB.Com--Pola penyelengaraan pendidikan vokasi dan pelatihan kerja saat ini perlu direformasi agar terjadi link and match dengan kebutuhan dunia industri. Program pelatihan kerja pola pemagangan ke jepang bisa dijadikan model. Karena selain  terbukti mampu menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, disiplin dan memiliki budaya kerja yang tinggi sesuai kebutuhan dunia industri, juga menjadi media pembelajaran yang efektif dalam membentuk wira usaha baru yang produktif.

"Para alumni peserta pemagangan jepang ini, saat kembali pulang kampung ke tanah air, mereka tak hanya membawa skill dan pengalaman serta modal usaha yang banyak. Tetapi telah bermetamorfose menjadi pribadi  yang berkualitas, figur teladan yang sukses  membuka usaha dan menyiapkan lapangan kerja baru masyarakat sekitarnya," ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, M.H saat membuka acara Pembukaan Pelatihan Tahap I Praktek Kerja ke Jepang Angkatan 33-03/Ke-334 di Aula Kantor LTSA di Jalan Udayana Mataram, Selasa (12/10/2021).

Aryadi menyebut sederet nama alumni pemagangan jepang yang kini sukses membangun usaha di daerah. Diantaranya, anggota komisi V DPRD Provinsi NTB, H. Bochari Muslim yang sebelum meniti karier sebagai wakil rakyat, beliau adalah alumni magang jepang. Kemudian pulang kampung membangun sejumlah usaha yang menghasilkan banyak uang dan menyediakan tempat bekerja bagi masyarakat. Selain Bochari, juga Pak Sukri dan sederet alumni lainnya yang menginspirasi, ungkap Gde.

Ia kemudian memotivasi para peserta pelatihan magang jepang tersebut, agar mengikuti jejak para seniornya. "Mulailah dengan membiasakan diri disiplin, optimis, jujur dan pantang menyerah. Karena tidak ada kisah sukses yang dapat diraih tanpa disiplin dan kerja keras yang dilandasi kejujurannya," tegasnya.

Guna mengatasi angka pengangguran dari lulusan sekolah sekolah vokasi di masa mendatang, mantan irbansus pada inspektorat pemerintah Provinsi NTB tersebut menggagas adanya penyusunan informasi bursa kerja secara detail dan valid sesuai peluang kerja yang ada dan dibutuhkan oleh dunia industri. Juga bisa memotret peluang usaha dan trend bisnis dalam jangka menengah.

Harapannya,dari data/informasi bursa kerja tersebut, kemudian lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi bisa menyesuaikan kurikulum pendidikan dan pelatihannya, sehingga inline dengan skill atau kompetensi pekerja yang dibutuhkan dunia usaha.

"Dengan demikian, lulusan SMK dan Lembaga Pelatihan Vokasi lainnya, bisa langsung terserap. Tidak seperti sekarang, mereka tidak terserap karena skillnya tidak dibutuhkan oleh dunia Usaha, termasuk untuk sektor UMKM," terangnya.

Aryadi mengaku saat ini pihaknya bersama asosiasi dunia usaha dan industri sedang menyusun peta dan perencanaan berupa buku informasi bursa kerja di NTB selama 5 tahun kedepan.

Senada dengan kadis Naker, anggota Komisi V DPRD Prov. NTB H. Bochari Muslim dalam sambutannya mengungkapkan bahwa untuk menjadi pribadi yang sukses tidak hanya membutuhkan dari pendidikan formal atau brain muscle saja. Tetapi juga perlu muscle memory, yaitu bagaimana melatih diri dan melatih jiwa.

"Ke Jepang ini jangan dianggap hanya untuk kerja, tetapi anggaplah sebagai suatu proses melatih diri, magang, agar nanti sepulangnya dari Jepang, para peserta pemagangan ini bisa memiliki skill dan pengalaman, sehingga nanti ketika kembali ke Indonesia sebagai SDM berkualitas yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru." ujarnya. 

Menurut Bohari yang juga merupakan alumni Pemagangan Jepang, menyampaikan bahwa lulusan pendidikan sekarang banyak yang hanya memiliki sertifikat saja, tetapi prakteknya kurang. Padahal pengalaman adalah guru terbaik, kata Bohari.

Bohari juga memberikan nasihatnya untuk para peserta pemagangan agar bersungguh-sungguh dalam menyerap ilmu kompetensi dan keterampilan selama di Jepang. "Nasib bangsa dan negara ini ada di tangan dan pundak kalian. Mau diapakan negara ini, daerah ini, Tergantung kualitas kalian setelah pulang pelatihan ini." ungkapnya penuh semangat. 

Terakhir, Bohari mengungkapkan komitmennya untuk membantu kelancaran Program Pemagangan ke Jepang ini dan menyediakan dukungan untuk berwirausaha kepada para peserta setelah selesai magang di Jepang.

Sementara itu, Ketua DPD Ikatan Pengusaha Kenshuushei Indonesia (IKAPEKSI) NTB Sukri melaporkan materi pelatihan yang diberikan kepada peserta Praktek Kerja Magang Jepang berisi tentang pendalaman bahasa Jepang, budaya Jepang dan FMD (Fisik, Mental, Disiplin). Seluruh biaya akomodasi dan konsumsi peserta di gratiskan yang sumber dananya berasal dari APBD Pemerintah Provinsi NTB.

Biaya yang dikeluarkan oleh peserta, antara lain: Biaya General Medical Chek Up Rp. 1.800.000/orang, Biaya PCR untuk Pelatihan Tahap II Rp. 625.000/orang, Biaya Transportasi ke Pelatihan Tahap II di Cevest Bekasi Rp. 1.800.000/orang, Biaya Pembuatan Paspor Rp. 350.000/orang, dan Biaya hidup awal 10.000 yen (sekitar Rp. 1.200.000) untuk keperluan pribadi di Jepang.

Sebanyak 26 orang peserta mengikuti Pelatihan Tahap I Praktek Kerja ke Jepang. Peserta tersebut lulus setelah bersaing dengan 250 orang pendaftar. Peserta terdiri dari 24 orang hasil rekrut tahun 2019, 1 orang mengulang dan 1 orang hasil rekrut tahun 2018.

Peserta Praktek Kerja Magang Jepang mendapatkan pendalaman bahasa Jepang, budaya Jepang dan FMD (Fisik, Mental, Disiplin) dan etis kerja.  Instruktur FMD (Fisik, Mental, Disiplin) berasal dari DANDIM 1606/LOBAR yang akan memberikan materi selama 62 JPL dan sensei (guru) dari IM Japan akan mengajarkan tentang budaya dan bahasa Jepang. Sensei IM Japan sebagian besar merupakan alumni dari Praktek Kerja Magang Jepang.(KO.O2)

No comments

Powered by Blogger.