Peta Koalisi Parpol Pilkada 2020 dan Kode Perang Antara Ni'u dan Istana

*Ashar S Yaman
Ketua Dewan Pakar Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) Bima Raya
Bima,Kabaroposisi.Com--Pilkada 2020 Mungkin akan menjadi pilkada terpanas Sepanjang sejarah politik Bima, tingkat panasnya melampaui eskalasi politik Feri vs abuya 2010, kode Perang secara politik sudah ditabuh H.Syafru (Ni'u), sinyal itu diawali H.Syafru mencabut berkas pendaftarannya di partai Golkar, Gong yang ditabuh H Syafru di sambut Adi Mahyudi dengan Gegap Gempita, hal itu dipertegas Adi Mahyudi di depan forum Desk Pilkada DPC partai Gerindra, bahwa ia akan maju sebagai wakil bupati, kemudian narasi H.Syafru maju sebagai penantang Petahana bersama Adi Mahyudi menjadi satu energi baru bagi pendukung kedua Tokoh politik Daerah ini.

Bagaimana Istana menanggapi Gong yang tibabuh H.Syafru? Istana terlihat panik. kepanikan itu justru terjadi, menyusul Maraknya unjuk rasa diberbagai kecamatan hari-hari ini. masyarakat politik kaget, Petahana melontarkan Kata "Aina Pakaro" takkala menghadapi pengujuk rasa di desa Timu, satu pelanggaran etika publik, menghina moralitas publik, menghina warga negara dengan kata kasar "Aina Pakaro", bukan hanya insiden di Timu, petahana justru mempertegas narasi "Aina Pakaro" didepan rapat ASN sebagai sesuatu yang wajar diucapkan untuk kegiatan warga negara yang mengganggu stabilitas daerah, bagi masarakat politik,ekpresi petahana dalam bernarasi "Aina Pakaro" sebagai ekpresi kepanikan.

Viral "Aina Pakaro" kemudian menjadi alat ukur elektabilitas, suka atau tidak suka, petahana mengukur tingkat penolakan publik atas dirinya, dengan keberanian netizen membuat meme "Aina Pakaro" sebagai cara melawan dengan narasi.

Gong Perang yang ditabuh H.Syafru sekaligus menjadi tanda juga penanda politik, mengubur mimpi petahana akan "pilkada ringan", istana harus menyusun strategi dan taktik politik baru, lanjutkan 2 periode bersama Dahlan atau Dinda 2 periode dengan calon wakil lain, yang bisa menambal elektabiltas petahana yang sedang mangkrak.

Otak-atik koalisi, Petahana mungkin masih bertahan dengan Golkar-Gerindra-Hanura, atau justru istana percaya diri maju hanya dengan partai Golkar saja, tentu dengan perhitungan untung dan rugi, atau justru Gerindra meninggalkan petahana dengan koalisi Gerindra-PKS-PDI P, sehingga terjadi 3 poros besar koalisi pilkada, atau mungkin saja seluruh kekuatan parpol di parlemen bersatu mengusung Syafru-Adi berhadapan dengan Golkar, segala kemungkinan masih bisa terjadi, politik tetap saja menjadi cair dan dinamis, sampai semua DPP partai memutuskan akan mendukung siapa dalam pilkada.

Gong Perang sudah Ditabuh, Petahana merespon dengan membangun beberapa organ taktis, sementara Syafru masih tenang, di markas politik Ni'u, publik jadi bertanya kenapa reaksi petahana begitu panik, cenderung tergesa-tergesa, apakah Syafru -adi ini begitu kuat dan digdaya sehingga petahana harus merespon Gong Perang ini terlampau dini, sementara waktu pilkada masih 9 bulan, terlampau cepat untuk melakukan konsolidasi politik, koalisi parpol belum jelas akan mendukung siapa, apakah koalisi gemuk atau koalisi kurus, segala kemungkinan masih bisa terjadi.

Petahana keliatan begitu resah, satu pemandangan yang tidak pernah ditunjukan oleh Nya didepan publik, ada apa? kenapa? 
kita tunggu bersama! (***)

No comments

Powered by Blogger.