Prahara SK “Bertuah”, Arena Pertarungan Dari Para Mastermind Ulung.



__________________________________________________
                   Oleh: Joni Junaidi


Bima,KABAROPOSISI.Com--Tulisan ini sengaja memakai gaya ala militer, karena starategi dan taktik (Stratak) yang dipakai oleh pihak sipil, hampir sama yang di terapkan oleh para tentara. Pihak sipil, terutama mereka yang terjun dalam dunia politik, menggunakan kepiwaiannya untuk bisa meraih apa yang di inginkan. Urusan sikat-menyikut (Telikung) menjadi pemandangan biasa yang sering kita lihat, baik konflik sesama internal kelompok, ataupun dengan pihak luar. Bahkan dalam sejarah politik dunia disebutkan, konspirasi tingkat tinggi yang melibatkan para pejabat level elit dengan menggunakan metode kekerasan atau pembunuhan terhadap lawan lawan politiknya, adalah sala satu strategi eksterim yang dipakai demi merebut posisi kunci pada kekuasaan itu sendiri.

Cara sadis nan mengerikan demi mendapatkan “Mahkota” kekuasaan, dianggap sebagai jalan akhir sekaligus jurus pamungkas guna menutup celah celah yang menjadi potensi ancaman bagi kekuasaan yang ia pegang.

Lihat saja keganas dari Adolf Hitler pemimpin NAZI Jerman yang menggerakan secara senyap satuan kawal pribadinya (Waffen SS/ Cikal bakal pasukan khusus dunia) untuk dipergunakan melenyapkan musuh musuh politiknya, yang sala satu korbannya adalah sahabatnya karibnya. Pembantaian mengerikan itu dikenal “Malam Pisau Panjang”.
Kemudian kitapun bisa melihat angkernya tindakan dari seorang Stalin yang kala itu menjadi penguasa Uni Soviet (Rusia), dengan menggunakan tangan tangan polisi rahasianya yang dikenal sebagai Gestapo, ia melenyapkan jutaan nyawa tak berdosa, yang sebagian besar para korban adalah lawan politiknya.
Prolog diatas, bukan dimaksudkan mendramatis keadaan yang membuat perasaan ngeri dari para pembaca, tapi penulis ingin menggambarkan akan sebuah fakta saat itu dikala mereka yang diceritakan rela melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Walau tak bisa di pungkiri,  empuknya kursi kekuasaan, banyaknya limpahan harta kekayaan yang dapat, serta adanya perempuan perempuan cantik di sekelingnya, merupakan asupan energi positif yang menambah gairah serta semangat hidup itu sendiri. Kemegahan serta kenikmatan itu, menjadi sala satu faktor kunci akan tingginya hasrat Serakah dari seseorang untuk meraih kekuasaan. Walau dibalik itu semua, pada diri mereka (tokoh)  pemimpin yang di ceritakan melekat potensi kelebihan atau keistimewaan,  baik itu soal kemanusian, rasa cinta yang kuat pada bangsanya serta keinginan dan cita cita yang kuat agar seluruh rakyat yang ia pimpin menjadi sejahtera, aman dan sentosa.

Sekarang penulis akan masuk pada soal inti sesuai dengan tema/ judul diatas. Yang menjadikan desa Bolo yang ada di Kecamatan Madapangga sebagai bahan tulisan serta mengupas beberapa sudut pandang yang diketahui oleh penulis.

Di desa yang menjadi pintu masuk kecamatan Madapangga sekaligus dilewati akses jalan nasional lintas Bima-Sumbawa. Kondisi sosial masyarakatnya sedang bergejolak, tercipta dua kubu yang berlawanan arah pemikiran, yang kerap hal itu menjadi pemicu atas munculnya saling hujat, saling menghina dan semacamnya, yang jika dibiarkan tak di atasi akan menjadi pemicu konflik atau benturan fisik yang dapat berakibat fatal jatuhnya korban warga itu sendiri.

Seperti di jelaskan pada tulisan pertama yang tayang beberapa waktu lalu, tulisan kedua ini merupakan lanjutan dari scuel yang hendak di ungkap.

Ini akibat adanya pro kontra munculnya Surat Keputusan (SK) Pemecatan jabatan Sekdes yang dipegang oleh  saudara Anas Indriadi, S,Pd.

Buntut dari polemik yang telah berlangsung lama menguras energi ini, menyerempet pada hal lain yang memiliki hubungan dari kasus yang dibahas.

Sala satunya adalah tidak di cair kan atau ditahannya Anggaran Dana Desa milik Pemerintah Desa (Pemdes) Bolo yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMDes) Kabupaten Bima. Padahal keberadaan dana desa  tersebut sangat di butuhkan oleh warga, terutama bagi warga miskin yang terkena dampak dari Covid-19.

Gelombang perlawanan atas hal ini bukan hanya dilakukan oleh internal kubu yang pro pada SK pemecatan, namun juga turut merangsang nurani kemanusia pada pihak yang selama ini dianggap netral. Para pentolan aktifis pergerakan yang awalnya netral,  pensiun dari hingar bingar dunia pergerakan, terpanggil jiwanya untuk membela kepentingan umat mendesak BPMDes untuk segera mencairkan dana desa Bolo.

Lautan manusia yang tumpah ruah di jalan raya yang bertitik di depan mesjid Nurul Yaqin, menciptakan kemacetan parah selama beberapa jam,akses jalan nasional lumpuh total.

Saat aksi unjuk rasa (Unjras) hampir terjadi adu fisik antara demonstran dengan pihak Kepolisian Polres Bima Kabupaten. Terjadi kesepakatan, kalau pihak kepolisian siap memediasi atau jembatan antara warga dengan pihak dinas BPMDes. Korlap aksi saat itu mengancam akan turun lagi, jika aspirasi mereka tak di dengar.

Waktu terus berjalan, pencairan dana desa yang diharapkan oleh warga tak kunjung tiba. Keresahan kian memuncak. Melihat gelagat bahaya itu guna menghindari kejadian yang tak di inginkan, akhirnya oleh  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bima, berdasarkan hasil rapat bersama maka dikeluarkan surat Rekomedasi yang ditandatangi oleh seluruh pimpinan  dewan untuk di sampaikan kepada Bupati Bima Hj. Indah Damayanti Putri.
Adapun kutipan dari surat rekomendasi tersebut, menyatakan kalau SK Pemecatan terhadap saudara Anas Indriadi selaku Sekdes Bolo dianggap sah sesuai aturan dan undang undang yang berlaku. Dan jika yang bersangkutan (Anas Indriadi, Red) merasa keberatan, maka dipersilahkan untuk menempuh jalur hukum atas hal yang ia persoalkan.
Rekomedasi tertulis tersebut bukan berarti menjadi jawaban final atau akhir dari semua masalah. Surat itu hanya sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan  acuan bagi bupati,  keputusan tertinggi dan mutlak ada di tangan IDP, panggilan akrab bupati.

Persoalan ini kian melebar, di sinyalir banyak pihak pihak turut andil yang menyokong kedua belah pihak secara terbuka maupun sembunyi sembunyi. Konfrontasi yang melelahkan ini telah bercampur dengan isu politik Jelang Pilkada Bima. Layaknya arena pertarungan, konflik ini menjadi ajang para ahli strategis untuk adu kecerdasan.(***)

No comments

Powered by Blogger.