Pidato Bung Karno dan Renungan untuk Daerah Bima

Oleh ABDUL NAJIB
Ketua DPC GMNI Kabupaten Bima

Kabupaten BIMA, KabaroposisiNTB. COM___Pada tahun 1960 Bung Karno Melantunkan Ayat " To Build The Word A New " di forum PBB dalam bingkai Perdamaian dunia, yang motif nya membumihanguskan sistem Kolonialisme dan Imperialisme di masa yang akan datang.

Lantunan ayat tersebut membuat saya terinspirasi melihat sikon objektif di kabupaten bima, karena kebetulan saya putra asli tanah keramat mbojo.

Bermula melirik sistim kepemimpinan di tanah sendiri yang masih mengalir serta mendarah dagingnya sistim feodalisme yang amat Nepotisme ini, saya merasa terharu dan pilu menyaksikan dinamika ini di karenakan berkaitan langsung dengan masa depan generasi yang berkompeten dan mempuni dalam momentum berkontestasi meraih papan-papan terhormat itu, secara regulasi dan hak memang tidak ada halangan dan batasan bagi siapa saja yang mau fight dalam posisi tersebut, namun di karenakan terah asli incumbent dengan power dahaga maupun hasratnya ingin mendominasi serta ambisi untuk mempertahankan kekuasaan itulah yang membuat generasi kita down di tengah jalan dan di tambah lagi dengan mengahalkan segala macam mobilisasi demi hal itu di raih.

Memang di butuhkan figur kuat yang mampu memadukan antara kata dan perbuatan yang rill secara fundamental untuk memberantas metodologi usang yang sifatnya tidak konstruktif, untuk merombak menjadikan polarisasi yang efektif dan efisien, untuk dana mbojo kita tercinta, agar supaya tidak stagnan lagi.

Cukuplah sudah selama 3 dasawarsa lebih (Orde Baru), kita mengalami dan terpaksa menjalankan demokrasi yang sakit itu. Jikalau ala orde baru ini berlaku dan terus mendarah daging di kabupaten bima maka, kebodohan apa lagi yang harus kita terima dan lakoni.

Dalam perihal ini harus saya ungkapkan lewat kata-kata, dengan meminta ijin memakai ayatnya Bung Karno " To Build The Word A New " entah itu memulai atau melanjutkan pemberian pukulan keras seakan meruntuhkan langit, terhadap sistem Feodalisme yang menjadi representatif sistem Monarki, sifatnya nepotisme serta melekat pada daerah kita. Yang padahal sistem itu sudah gagap kita implementasikan di era demokrasi sekarang, namun kutipan "kesadaranlah yang menentukan arah kehidupan" itu yang belum kita imani dalam mengawal jalannya roda ekonomi dan politik.(RED) 

No comments

Powered by Blogger.